Kamis, 20 Oktober 2011

PUTRI JUNJUNG BUIH

Putri Junjung Buih dan Negara






Dari masyarakat negara, penulis mengejar nama Negara atau Nagara untuk memenuhi hasrat keinginan tahu. Memang secara administratif saat ini lebih dikenal dengan nama Negara, lalu dari mana nama Nagara. Dari tetuha ( orang tua ) masyarakat didapat info nama sebenarnya Nagara, yang diambil dari kata Naga ada kaitannya dengan pusaran putri Junjung Buih.
Kalau ditelusur lebih lanjut berarti harus dimulai dari kisah putri Junjung Buih.  Keterjebakan dengan mitos masih banyak mewarnai kisah Junjung Buih yang nama sebenarnya Tunjung Buih. Kisah kisah yang tak masuk akal tentu membumbui mitos, namun penulis mencoba mencoba yang mendekati realistis.
Putri Junjung Buih hidup dimasa setelah Mpu Jatmika seorang saudagar dari Keling. Mpu Jatmika mencari tanah kehidupan baru bersama kedua anaknya bernama Lambung Mangkurat dan Mpu Mandastana. Setelah mendapatkan wilayah yang sesuai dengan keinginannya Mpu Jatmika mendirikan kerajaan Dipa dengan ibukota Kuripan. Kata kuripan dari kata kauripan yakni dari kata urip artinya hidup jadi kauripan artinya kehidupan. Karena tidak mau menjadi raja dengan alasan Mpu Jatmika bukan dari trah (darah/keturunan) raja, maka Mpu Jatmika hanya menjabat sebagai raja sementara. Keyakinan Mpu Jatmika banyak dipengaruhi dari agama Budha Siwa, bila bukan dari keturunan  raja maka akan ada bencana yang menimpanya, sebagai kutukan dari Tuhan.
Sebagai pengejawantahannya maka Mpu Jatmika membuat patung sebagai simbol raja, sekalipun roda pemerintahannya yang menjalankan tetap Mpu Jatmika. Berkat kearifannya kerajaan berkembang dengan pesat sehingga banyak wilayah yang dapat ditundukkan dibawah pimpinan Tumenggung Tatah Jiwa sebagai utusan dari Mpu Jatmika. Sehingga wilayahnya mencapai Batang Tabalong, Batang Balangan, Batang Petak, Batang Alai, Batang Amandit.
Kemakmuran negeri ini tersohor kemana mana, sehingga banyak mengundang para pedagang dari manca negara, terutama dari Johor, Cina, Aceh, Bugis, Makasar, Sumbawa, Jawa, Bali, Madura bahkan Makau.
Untuk mempertahankan keyakinannya Mpu Jatmika tidak rela kalau kedua anaknya menjadi raja bila ia mangkat. Setelah Mpu Jatmika wafat Lambung Mangkurat justru Balampah artinya bertapa untuk bersemedi mencari petunjuk dari Tuhan. Tapa brata Lambung Mangkurat dilaksanakan di subuah sungai. Dalam perjalanan tapanya itu tiba tiba air sungai membentuk pusaran yang kemudian berbuih dan bersinar lalu keluar seorang putri.Sang putri selanjutnya diberi nama Tunjung Buih dan sekarang dikenal dengan Junjung Buih.
Ada sebagian keyakinan sang putri adalah jelmaan Naga. Maka untuk mengenangnya nama tersebut dinamakan Naga dengan imbuhan ra, jadilah NAGARA..
Cerita yang lebih realistis putri Junjung Buih adalah putri Dayak yang hanyut, nantinya akan melahirkan kisah baru tentang kerajaan Banjar. 
By  WWW.SEPUTAR-NEGARA.BLOGSPOT.COM 

KLIK Go to link 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar