Kamis, 27 Oktober 2011

FLORA & FAUNA NEGARA


Flora dan Fauna

Kekayaan


flora dan fauna di Hulu Sungai Selatan sedapat mungkin dipelihara sebagai bagian dari kekayaan sumber daya alam. Dalam hal ini dilakukan upaya konservasi sumber daya alam yang meliputi konservasi di dalam kawasan hutan dan konservasi diluar kawasan hutan. Khususnya konservasi didalam kawasan hutan dilakukan dengan melalui pembangunan suaka margasatwa, suaka alam, dan taman wisata serta taman hutan raya.

Berbagai fauna yang tergolong satwa langka yang dilindungi yang tersebar pada hutan suaka alam dan wisata yaitu:

  • Kera Abu-abu (Maccaca Irrus)
  • Elang (Butatstur sp)
  • Beruang Madu (Hylarotis Malayanus)
  • Kijang (Muntiacus Salvator)
  • Owa – Owa (Hylobatus Mulleri)
  • Elang Raja Udang (Palargapais Carpusis)
  • Cabakak (Hakyan Chalaris)
  • Rusa Sambar (Cervus Unicular)
  • Biawak (Varanus Spesi)
  • Kuau (Argusianus Argus)
  • Pecuk Ular (Prebytus Rubicusida)

Pusat konservasi flora dan fauna seperti disebutkan di atas dapat ditemui di Cagar Alam Gunung Kentawan sebagai kawasan konservasi untuk melindungi angrek alam, owa-owa (Hylobatus Muelleri), bekantan dan beberapa jenis burung.

Terdapat satu buah reservant masing-masing di Danau bangkau sebagai kawasan untuk melindungi satwa air khususnya pada saat hewan tersebut berkembang biak. Hewan-hewan yang dilindungi di kawasan ini antara lain ikan Haruan (Ophiocephalus Striatus), Betok (Anabas Testudineus), Sepat Siam (trichogaster pectoralis), tambakan (helostoma temmincki), dan buaya taman (Crocodile sp)

Selain itu, dalam usaha menjaga kelestariaan tumbuh-tumbuhan yang sudah mulai langka telah dikembangkan penanaman tumbuhan langka khas Hulu Sungai Selatan bekerja sama dengan Universitas Lambung Mangkurat yang dikelola oleh Fakultas Pertanian.

Wilayah kabupaten Hulu Sungai Selatan kaya akan sumber plasma nutfah dan dianggap sebagai tempat asal dari berbagai tumbuhan seperti :

1. Durian (Duriospesi)
2. Tebu (Sacharum Officinarum)
3. Kasturi (Mangifera Delmiana)
4. Rambutan (Nephelium Lappocum)

Hutan Daratan rendah dan tinggi didominasi oleh spesies :

1. Meranti (Dipterocorpus Spesi)
2. Hopea (Hopea spesia)
3. Ulin (Eusideroxlyon)
4. Kempos (Komposia Spesi)
5. Damar (Agathis bornensis)
6. Sindor (Sindora Spesi)

Di daerah hutan tanah bergambut pepohonan utamanya meliputi :

1. Ramin (Gonostylus Bancadud)
2. Jeluntung (Dura Spesi)
3. Ebony (Displyros Spesi)

Di daerah hutan rawa dibagian barat Kalimantan Selatan banyak ditemui

1. Xylopia Spesi
2. Tarantang (Comnaperma Spesi)
4. Nipah (Nipahfruitcans)

Di daerah hutan air payau banyak terdapat :

1. Bakau (Rhizospora spesi)
2. Prapat (Soneratia spesi)
3. Api – Api (Avicenia spesi)
4. Bruguira spesi

Dua spesies rotan yaitu spesi dan Daemonorps adalah tanaman memanjat terpenting. Tanaman memanjat lainnya adalah ficus spesi. Di atas pohon-pohon besar di dalam hutan terdapat berbagai anggrek.

PENGHARGAAN BAKTI ABDI NEGARA


BUPATI HSS SERAHKAN PENGHARGAAN CITRA BAKTI ABDI NEGARA



Bupati Dr. H. M Safi'i, M. Si menyerahkan Penghargaan Citra Bakti Abdi Negara kepada Sekretaris Daerah HSS Drs. H. Achmad Fikry, M. AP
Senin (17/10) Sekretaris Daerah Hulu Sungai Selatan (HSS) Drs. H. Achmad Fikry, M. AP menerima Piala Citra Bakti Abdi Negara terbaik I se Kalimantan Selatan (Kal-Sel) dari Bupati HSS Dr. H. M. Safi’i, M. Si. Piala tersebut sebelumnya diserahkan oleh Gubernur Kal-Sel H. Rudy Ariffin kepada Bupati HSS pada tanggal 12 Oktober 2011 yang lalu di Banjarmasin sebelum Rapat Koordinasi Bidang Otonomi Daerah Bupati/Walikota se Kal-Sel. Penyerahan tropy kepada Sekretaris Daerah tersebut dilakukan pada apel kesadaran yang rutin dilaksanakan Pemkab. HSS setiap tanggal 17 yang sekaligus juga memperingati wafatnya Pahlawan Pengeran Antasari.
Dalam kesempatan itu, dibacakan sejarah singkat Pangeran Antasari dan juga dibacakan pesan-pesan Pangeran Antasari. Dalam rangkaian apel tersebut juga diserahkan tali asih dari Pemkab. HSS kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) HSS yang memasuki masa purna tugas yakni Simin dari Badan Penyuluh dan Ketahanan Pangan, Iriyadi dari Dinas Pekerjaan Umum dan Hj. Hartini dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil oleh Bupati HSS Dr. H. M. Safi’i, M. Si yang didampingi oleh Wakil Bupati HSS H. Ardiansyah, S. Hut dan Sekretaris Daerah HSS Drs. H. Achmad Fikry, M. AP. Kemudian diserahkan santunan purna tugas kepada ketiga PNS yang purna tugas oleh Ketua Dewan Pengurus Korpri Kab. HSS Drs. H. Achmad Fikry, M. AP.
Bupati HSS Dr. H. M. Safi’i, M. Si dalam sambutannya menyebutkan agar peserta apel bisa mengambil makna dari semboyan Pengeran Antasari diantaranya semboyan “waja sampai kaputing”. Bupati berharap dengan semboyan itu bisa memberikan inspirasi, semangat bagi aparatur Pemkab. HSS dalam memberikan pengabdiannya terutama untuk rakyat HSS. Yang kedua semboyan “pantang mundur” yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam menjalankan pengabdian di HSS. “Penghargaan Piala Citra Bakti Abdi Negara kepada Kab. HSS merupakan sebuah penghargaan atas prestasi kita semua bahwa kita bisa berbuat. Bupati berharap HSS bisa meraih penghargaan tingkat berikutnya, yaitu tingkat nasional bukan hanya sampai ditingkat provinsi saja. Dalam peningkatan pelayanan dari PNS harus mewujudkan pelayanan yang prima dengan menciptakan pencitraan dan pola pikir. (humas_hss)

Minggu, 23 Oktober 2011

SATWA LANGKA KALIMANTAN



Orangutan kalimantan atau
Pongopygmaeus adalah
salah satu spesies orangutan
disampingorangutan
sumatera. Sesuai namanya,
orangutan kalimantan
(Pongo pygmaeus) hidup di
pulau Kalimantan dan
merupakan spesies endemik
pulau tersebut.
Meskipun populasinya lebih
banyak dibandingkan
orangutan sumatera, namun
bukan berarti orangutan
kalimantan bebas dari
ancaman kepunahan.
Orangutan kalimantan
termasuk salah satu satwa
langka Indonesia dengan
status konservasi
endangered (terancam).
Hewan ini mempunyai nama
latin Pongo pygmaeus.
Sedangkan dalam bahasa
Inggris dikenal sebagai
Bornean Orangutan.
Orangutan kalimantan terdiri
atas3 subspesies yaitu
Pongo pygmaeus morio,
Pongo pygmaeus pygmaeus,
dan Pongo pygmaeus
wurmbii.
Ciri-ciri dan Diskripsi
Orangutan Kalimantan.
Orangutan kalimantan tidak
berbeda jauh dengan
saudaranya, orangutan
sumatera. Postur tubuhnya
lebih besar dibanding
orangutan sumatera.
Orangutan kalimantan
(Pongo pygmaeus)
mempunyai berat tubuh
sekitar 50 – 100 kg (jantan)
dan 30-50 kg (betina)
dengan tinggi rata-rata 1,5
meter.
Bulunya berwarna coklat
kemerahan, memiliki lengan
yang panjang dan kuat, kaki
pendek, dan tidak memiliki
ekor. Pejantan orangutan
kalimantan memiliki
benjolan dari jaringan lemak
di kedua sisi wajah yang
mulai berkembang di masa
dewasa setelah perkawinan
pertama.
Orangutan kalimantan
merupakan binatang
omnivora walaupun lebih
menyukai tumbuhan.
Makanannya adalah buah,
dedaunan, kulit pohon,
bunga, telur burung,
serangga, dan vertebrata
kecil lainnya. Hewan
endemik kalimantan ini aktif
di siang hari (diurnal).
Mereka berkomunikasi
dengan suara.

SENI TRADISIONAL BANJAR



Seni tradisional Banjar
Seni tradisional Banjar adalah
unsur kesenian yang menjadi
bagian hidup masyarakat dalam
suku Banjar. Tradisional adalah
aksi dan tingkah laku yang keluar
alamiah karena kebutuhan dari
nenek moyang yang terdahulu.
Tradisi adalah bagian dari
tradisional namun bisa musnah
karena ketidamauan masyarakat
untuk mengikuti tradisi tersebut.
Kultur budaya yang berkembang
di Banjarmasin sangat banyak
hubungannya dengan sungai,
rawa dan danau, disamping
pegunungan. Tumbuhan dan
binatang yang menghuni daerah
ini sangat banyak dimanfaatkan
untuk memenuhi kehidupan
mereka. Kebutuhan hidup
mereka yang mendiami wilayah
ini dengan memanfaatkan alam
lingkungan dengan hasil benda-
benda budaya yang disesuaikan.
hampir segenap kehidupan
mereka serba relegius.
Disamping itu, masyarakatnya
juga agraris, pedagang dengan
dukungan teknologi yang
sebagian besar masih tradisional.
Ikatan kekerabatan mulai
longgar dibanding dengan masa
yang lalu, orientasi kehidupan
kekerabatan lebih mengarah
kepada intelektual dan
keagamaan. Emosi keagamaan
masih jelas nampak pada
kehidupan seluruh suku bangsa
yang berada di Kalimantan
Selatan.
Urang Banjar mengembangkan
sistem budaya, sistem sosial dan
material budaya yang berkaitan
dengan relegi, melalui berbagai
proses adaptasi, akulturasi dan
assimilasi. Sehingga nampak
terjadinya pembauran dalam
aspek-aspek budaya. Meskipun
demikian pandangan atau
pengaruh Islam lebih dominan
dalam kehidupan budaya Banjar,
hampir identik dengan Islam,
terutama sekali dengan
pandangan yang berkaitan
dengan ke Tuhanan (Tauhid),
meskipun dalam kehidupan
sehari-hari masih ada unsur
budaya asal, Hindu dan Budha.
Seni ukir dan arsitektur
tradisional Banjar nampak sekali
pembauran budaya, demikian
pula alat rumah tangga,
transport, tari, nyanyian dsb.
Masyarakat Banjar telah
mengenal berbagai jenis dan
bentuk kesenian, baik Seni Klasik,
Seni Rakyat, maupun Seni
Religius Kesenian yang menjadi
milik masyarakat Banjar
Suku Banjar mengembangkan
seni dan budaya yang cukup
lengkap, walaupun
pengembangannya belum
maksimal, meliputi berbagai
cabang seni.
Seni Tari
Seni Tari Banjar terbagi menjadi
dua, yaitu seni tari yang
dikembangkan di lingkungan
istana (kraton), dan seni tari
yang dikembangkan oleh rakyat.
Seni tari kraton ditandai dengan
nama "Baksa" yang berasal dari
bahasa Jawa (beksan) yang
menandakan kehalusan gerak
dalam tata tarinya. Tari-tari ini
telah ada dari ratusan tahun
yang lalu, semenjak zaman hindu,
namun gerakan dan busananya
telah disesuaikan dengan situasi
dan kondisi dewasa ini.



Contohnya, gerakan-gerakan
tertentu yang dianggap tidak
sesuai dengan adab islam
mengalami sedikit perubahan.
Seni tari daerah Banjar yang
terkenal misalnya :
Tari Baksa Kembang, dalam
penyambutan tamu agung.
Tari Baksa Panah
Tari Baksa Dadap
Tari Baksa Lilin
Tari Baksa Tameng
Tari Radap Rahayu
Tari Kuda Kepang
Tari Japin/Jepen
Tari Tirik Kuala
Tari Gandut
Tari Tirik
Tari Babujugan
Tari Jepen Lenggang Banua
Tari Japin Hadrah
Tari Kambang Kipas
Tari Balatik
Tari Parigal Amban
Tari Tameng Cakrawati
Tari Alahai Sayang
Seni Karawitan
Gamelan Banjar
Gamelan Banjar Tipe Keraton
Gamelan Banjar Tipe Rakyatan
Lagu Daerah
Lagu daerah Banjar yang
terkenal misalnya :
Ampar-Ampar Pisang
Sapu Tangan Babuncu Ampat
Paris Barantai
Lagu Banjar lainnya
Daftar penyanyi lagu-lagu
Banjar
Daftar pencipta lagu-lagu
Banjar
Timang Banjar (Malaysia)
Banjarmasin (Melayu Deli)
Seni Rupa Dwimatra
Seni Anyaman
Seni anyaman dengan bahan
rotan, bambu dan purun sangat
artistik. Anyaman rotan berupa
tas dan kopiah.
Seni Lukisan Kaca
Seni lukisan kaca berkembang
pada tahun lima puluhan,
hasilnya berupa lukisan buroq,
Adam dan Hawa dengan buah
kholdi, kaligrafi masjid dan
sebagainya. Ragam hiasnya
sangat banyak diterapkan pada
perabot berupa tumpal, sawstika,
geometris, flora dan fauna.

SASIRANGAN DAN RUMAH ADAT BANJAR



Sasirangan adalah kain adat
suku Banjar di Kalimantan
Selatan, yang dibuat dengan
teknik tusuk jelujur kemudian
diikat tali rafia dan selanjutnya
dicelup.
Upaya untuk melindungi budaya
Banjar ini, telah diakui oleh
pemerintah melalui Dirjen HAKI
Departemen Hukum dan HAM RI
beberapa motif sasirangan
sebagai berikut :
1. Iris Pudak
2. Kambang Raja
3. Bayam Raja
4. Kulit Kurikit
5. Ombak Sinapur Karang
6. Bintang Bahambur
7. Sari Gading
8. Kulit Kayu
9. Naga Balimbur
0. Jajumputan
1. Turun Dayang
2. Kambang Tampuk Manggis
3. Daun Jaruju
4. Kangkung Kaombakan
5. Sisik Tanggiling
6. Kambang Tanjung




Rumah Banjar atau Rumah ba-
anjung adalah rumah tradisional
suku Banjar. Arsitektur
tradisional ciri-cirinya antara lain
memiliki perlambang, memiliki
penekanan pada atap,
ornamental, dekoratif dan
simetris.
Rumah tradisonal Banjar adalah
type-type rumah khas Banjar
dengan gaya dan ukirannya
sendiri mulai sebelum tahun
1871 sampai tahun 1935. Pada
tahun 1871 pemerintah kota
Banjarmasin mengeluarkan segel
izin pembuatan Rumah
Bubungan Tinggi di kampung
Sungai Jingah yang merupakan
rumah tertua yang pernah
dikeluarkan segelnya.
[1]Umumnya rumah tradisional
Banjar dibangun dengan ber-
anjung (ba-anjung) yaitu sayap
bangunan yang menjorok dari
samping kanan dan kiri
bangunan utama karena itu
disebutRumah Baanjung.
Anjung merupakan ciri khas
rumah tradisional Banjar,
walaupun ada pula beberapa
type Rumah Banjar yang tidak
ber-anjung. Tipe rumah yang
paling bernilai tinggi adalah
Rumah Bubungan Tinggi yang
biasanya dipakai untuk
bangunan keraton (Dalam
Sultan). Jadi nilainya sama
dengan rumah joglo di Jawa
yang dipakai sebagai keraton.
Keagungan seorang penguasa
pada masa pemerintahan
kerajaan diukur oleh kuantitas
ukuran dan kualitas seni serta
kemegahan bangunan-
bangunan kerajaan khususnya
istana raja (Rumah Bubungan
Tinggi). Dalam suatu
perkampungan suku Banjar
terdiri dari bermacam-macam
jenis rumah Banjar yang
mencerminkan status sosial
maupun status ekonomi sang
pemilik rumah. Dalam kampung
tersebut rumah dibangun
dengan pola linier mengikuti
arah aliran sungai maupun jalan
raya terdiri dari rumah yang
dibangun mengapung di atas air,
rumah yang didirikan di atas
sungai maupun rumah yang
didirikan di daratan, baik pada
lahan basah (alluvial) maupun
lahan kering.
Jenis-jenis Rumah Adat Banjar
Rumah Bubungan Tinggi
Rumah Gajah Baliku
Rumah Gajah Manyusu
Rumah Balai Laki
Rumah Balai Bini
Rumah Palimbangan
Rumah Palimasan (Rumah
Gajah
Rumah Cacak Burung/Rumah
Anjung Surung
Rumah Tadah Alas
Rumah Lanting
Rumah Joglo Gudang
Rumah Bangun Gudang

Kamis, 20 Oktober 2011

PANGERAN SAMUDRA PUTRA DAHA

Pangeran Samudra Putra Daha 

 

 

Putri Junjung Buih yang ditemukan oleh Lambung Mangkurat ketika bertapa diyakini adalah putri Dayak yang hanyut, Cuma ada dua versi apakah Dayak Bukit atau Dayak Deyah. Oleh Lambung Mangkurat dikawinkan dengan Raden Putera seorang Pangeran dari Majapahit. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mencari raja baru yang berdarah ningrat, karena Lambung Mangkurat hanya anak seorang saudagar yang tak pantas menjadi raja menurut keyakinan waktu itu. Setelah menjadi raja Raden Putra bergelar Pangeran Suryanata.
Masa kejayaan kerajaan Kauripan yang beribukota di Negara Dipa (Amuntai) mulai surut hal ini diyakini karena ibukota sudah tidak layak lagi, maka pusat kerajaan dipindahkan ke Daha pada masa maharaja Sukarama. Sesuai wasiat beliau yang menggantikan beliau ketika wafat seharusnya putra raja yang bernama Pangeran Samudra, namun Pangeran Samudra masih kecil. Suhu politik yang tidak stabil diambil kesempatan pamannya yang bernama Pangeran Tumenggung.
Untuk menghindari pertumpahan darah Pangeran Samudra dilarikan oleh Mangkubumi Aria Tranggana melalui jalur Muara Sungai Bahan menuju ke Serapat, yang pada akhirnya memutuskan untuk bersembunyi di Muara Barito.
Di aliran Sungai Barito terdapat beberapa kampung diantaranya adalah kampung Banjar. Sebuah perkampungan Melayu yang dibentuk lima buah sungai, yaitu Sungai Pandai, Sungai Sigaling, Sungai Keramat, Sungai Jagabaya dan Sungai Pageran (sekarang disebut Sungai Pangeran). Kelimanya anak Sungai Kuin.
Kampung Banjar terletak diantara perkampungan Oloh Ngaju di hilir Barito. Oleh orang orang Dayak Ngaju orang orang Melayu disebut dengan Masih, dari sinilah lahir kata Banjarmasih. Dipimpin oleh seorang patih dengan sebutan Patih Masih.
Atas prakarsa Patih Masih beberapa perkampungan disekitar kampung Banjar bersatu dengan kesepakatan beberapa patih diantaranya Patih Balit, Patih Muhur,  Patih Balitung dan Patih Kuin. Walaupun yang memprakarsai adalah Patih Masih tapi ia tak mau menjadi pemimpin, justru mereka sepakat mencari Pangeran Samudra yang bersembunyi di Balendaan, Serapat dengan tujuan utama memisahkan diri dari kerajaan Daha.
Di Jawa ketika itu juga terjadi pergeseran yang luar biasa, kerajaan Islam Demak mencapai masa kejayaannya. Pangeran Samudra minta bantuan ke Demak untuk meruntuhkan kejayaan kerajaan Daha. Kerajaan Demak sendiri menyetujui dengan syarat para pemimpinnya harus masuk Islam dan Islam menjadi agama resmi kepemerintahan.
Persyaratan itu disetujui, dan Demak pun mengirim bantuan yang akhirnya dapat meruntuhkan kejayaan kerajaan Demak. Peristiwa yang terjadi pada abad 16 M ini sangat penting karena menjadi tonggak sejarah di Kalimantan dari masa keemasan Hindu-Bhuda menjadi Islam. Sebagai simbolnya adalah masuknya Pangeran Samudra ke Islam dan berganti nama dengan sebutan Pangeran Suriansyah, juga dengan sebutan lain Panembahan atau Susuhunan Batu Habang. Yang mengislamkan Penghulu Demak Rahmatullah yang diwakilkan ke Khatib Dayan pada tanggal 24 September 1526 M atau 8 Dzulhijjah 932 H.
Islam berkembang pesat di Kalimantan Selatan, sampai akhirnya datang VOC. Diperkirakan Pangeran Suriansyah meninggal 24 tahun setelah memeluk Islam sekitar tahun 1550 M 
 
 
By WWW.SEPUTAR-NEGARA.BLOGSPOT.COM
 

PUTRI JUNJUNG BUIH

Putri Junjung Buih dan Negara






Dari masyarakat negara, penulis mengejar nama Negara atau Nagara untuk memenuhi hasrat keinginan tahu. Memang secara administratif saat ini lebih dikenal dengan nama Negara, lalu dari mana nama Nagara. Dari tetuha ( orang tua ) masyarakat didapat info nama sebenarnya Nagara, yang diambil dari kata Naga ada kaitannya dengan pusaran putri Junjung Buih.
Kalau ditelusur lebih lanjut berarti harus dimulai dari kisah putri Junjung Buih.  Keterjebakan dengan mitos masih banyak mewarnai kisah Junjung Buih yang nama sebenarnya Tunjung Buih. Kisah kisah yang tak masuk akal tentu membumbui mitos, namun penulis mencoba mencoba yang mendekati realistis.
Putri Junjung Buih hidup dimasa setelah Mpu Jatmika seorang saudagar dari Keling. Mpu Jatmika mencari tanah kehidupan baru bersama kedua anaknya bernama Lambung Mangkurat dan Mpu Mandastana. Setelah mendapatkan wilayah yang sesuai dengan keinginannya Mpu Jatmika mendirikan kerajaan Dipa dengan ibukota Kuripan. Kata kuripan dari kata kauripan yakni dari kata urip artinya hidup jadi kauripan artinya kehidupan. Karena tidak mau menjadi raja dengan alasan Mpu Jatmika bukan dari trah (darah/keturunan) raja, maka Mpu Jatmika hanya menjabat sebagai raja sementara. Keyakinan Mpu Jatmika banyak dipengaruhi dari agama Budha Siwa, bila bukan dari keturunan  raja maka akan ada bencana yang menimpanya, sebagai kutukan dari Tuhan.
Sebagai pengejawantahannya maka Mpu Jatmika membuat patung sebagai simbol raja, sekalipun roda pemerintahannya yang menjalankan tetap Mpu Jatmika. Berkat kearifannya kerajaan berkembang dengan pesat sehingga banyak wilayah yang dapat ditundukkan dibawah pimpinan Tumenggung Tatah Jiwa sebagai utusan dari Mpu Jatmika. Sehingga wilayahnya mencapai Batang Tabalong, Batang Balangan, Batang Petak, Batang Alai, Batang Amandit.
Kemakmuran negeri ini tersohor kemana mana, sehingga banyak mengundang para pedagang dari manca negara, terutama dari Johor, Cina, Aceh, Bugis, Makasar, Sumbawa, Jawa, Bali, Madura bahkan Makau.
Untuk mempertahankan keyakinannya Mpu Jatmika tidak rela kalau kedua anaknya menjadi raja bila ia mangkat. Setelah Mpu Jatmika wafat Lambung Mangkurat justru Balampah artinya bertapa untuk bersemedi mencari petunjuk dari Tuhan. Tapa brata Lambung Mangkurat dilaksanakan di subuah sungai. Dalam perjalanan tapanya itu tiba tiba air sungai membentuk pusaran yang kemudian berbuih dan bersinar lalu keluar seorang putri.Sang putri selanjutnya diberi nama Tunjung Buih dan sekarang dikenal dengan Junjung Buih.
Ada sebagian keyakinan sang putri adalah jelmaan Naga. Maka untuk mengenangnya nama tersebut dinamakan Naga dengan imbuhan ra, jadilah NAGARA..
Cerita yang lebih realistis putri Junjung Buih adalah putri Dayak yang hanyut, nantinya akan melahirkan kisah baru tentang kerajaan Banjar. 
By  WWW.SEPUTAR-NEGARA.BLOGSPOT.COM 

KLIK Go to link 

KERAJAAN DAHA NEGARA


Kerajaan Daha Negara


Kerajaan Negara Daha adalah sebuah kerajaan Hindu (Syiwa-Buddha)yang pernah berdiri di Kalimantan Selatan kira-kira sejaman dengan kerajaan Islam Giri Kedaton. Pusat pemerintahan/ibukota kerajaan ini berada di Muhara Hulak/kota Negara (kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan), sedangkan bandar perdagangan dipindahkan dari pelabuhan lama Muhara Rampiau (sekarang Marampiau) ke pelabuhan baru pada Bandar Muara Bahan (sekarang kota Marabahan, Barito Kuala).

Kerajaan Negara Daha merupakan kelanjutan dari Kerajaan Negara Dipa yang saat itu berkedudukan di Kuripan/Candi Agung, (sekarang kota Amuntai, Hulu Sungai Utara). Pemindahan ibukota dari Kuripan adalah untuk menghindari bala bencana karena dianggap sudah kehilangan tuahnya. Pusat pemerintahan dipindah ke arah hilir sungai Negara (sungai Bahan) menyebabkan nama kerajaan juga berubah sehingga disebut dengan nama yang baru sesuai letak ibukotanya yang ketiga ketika dipindahkan yaitu Kerajaan Negara Daha.

Raja Negara Daha

  1. Maharaja Sari Kaburangan/Raden Sakar Sungsang/Panji Agung Rama Nata/Ki Mas Lalana putera Putri Kalungsu, ratu terakhir Negara Dipa
  2. Maharaja Sukarama/Raden Paksa, kakek dari Sultan Suriansyah (Sultan Banjar I)
  3. Maharaja Pangeran Mangkubumi
  4. Maharaja Pangeran Tumenggung/Raden Panjang
Wilayah pengaruh kerajaan ini meliputi propinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kerajaan Tanjungpura, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Kerajaan Kutai Kartanegara.
Islam datang ke daerah ini dari Giri diperkirakan di masa Maharaja Sari Kaburangan (Raden Sekar Sungsang) yang pernah merantau ke pulau Jawa dan disana telah memiliki anak bernama Raden Panji Sekar yang menikahi putri dari Sunan Giri kemudian bergelar Sunan Serabut. Tetapi Islam baru menjadi agama negara pada tahun 1526 di masa kekuasaan Pangeran Samudera (Sultan Suriansyah). Aksara Arab-Melayu telah digunakan sebelum berdirinya Kesultanan Banjar.
Karena kemelut di Kuripan/Negara Dipa, beberapa tumenggung melarikan diri ke negeri Paser di perbatasan Kerajaan Kutai Kartanegara dan kemudian mendirikan Kerajaan Sadurangas di daerah tersebut.



By WWW.SEPUTAR-NEGARA.BLOGSPOT.COM 

KLIK Go to link 

Senin, 17 Oktober 2011

DAYAK MERATUS


Suku Dayak Bukit (Buguet[1][2]atau Suku Dayak Meratus atau Dayak Banjar adalah kumpulan sub-suku Dayak yang mendiami sepanjang kawasan pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan. Selato menduga, suku Bukit termasuk golongan Suku Punan.[3]. Tetapi Tjilik Riwut membaginya ke dalam kelompok-kelompok kecil seperti Dayak Alai (Labuhan), Dayak Amandit (Loksado), Dayak Tapin (Harakit), Dayak Kayu Tangi, dan sebagainya, selanjutnya ia menggolongkannya ke dalam Rumpun Ngaju. Namun penelitian terakhir dari segi bahasa yang digunakan sub suku Dayak ini tergolong berbahasa Melayik (bahasa Melayu Lokal). Orang Banjar Hulu sering menamakannya Urang Bukit, sedangkan orang Banjar Kuala sering menamakannya Urang Biaju.
Sesuai habitat kediamannya tersebut maka belakangan ini mereka lebih senang disebut Suku Dayak Meratus, daripada nama sebelumnya Dayak Bukit yang sudah terlanjur dimaknai sebagai orang gunung. Padahal menurut Hairus Salim dari kosa kata lokal di daerah tersebut istilah bukit berarti bagian bawah dari suatu pohon yang juga bermakna orang atau sekelompok orang atau rumpun keluarga yang pertama yang merupakan cikal bakal masyarakat lainnya.
Suku Buket, nama yang dipakai oleh BPS untuk etnik ini dalam sensus penduduk tahun 2000. Di Kalimantan Selatan pada sensus penduduk tahun 2000 suku Buket berjumlah 35.838 jiwa, sebagian besar daripadanya terdapat di kabupaten Kota Baru yang berjumlah 14.508 jiwa.
Suku Bukit juga dinamakan Ukit, Buket, Bukat atau Bukut. Suku Bukit atau suku Dayak Bukit terdapat di beberapa kecamatan yang terletak di pegunungan Meratus pada kabupaten Banjar, kabupaten Balangan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, kabupaten Tapin, Tanah Laut, Tanah Bumbu, dan Kota Baru.
Beberapa suku-suku Dayak Meratus yaitu :[4]

Sabtu, 15 Oktober 2011

DAFTAR WISATA DI KALSEL


DAFTAR WISATA DI KALSEL






Wisata Air
1. Pasar Terapung
Muara Kuin (Banjarmasin)
2. Menyusuri Sungai Martapura dan
Barito (Banjarmasin)
3. Pulau Kembang (Batola)
4. Pulau Kaget
(Batola)
5. Rumah Lanting
(Banjarmasin)
6. Pasar Terapung
Lok Baintan (Kabupaten Banjar)
7. Atraksi Rakit Bambu di Sungai
Amandit Loksado (HSS)



Wisata Alam
1. Pendulangan Intan
Cempaka (Banjarbaru) 2. Taman Hutan Raya Sultan Adam Mandiangin (Kabupaten Banjar)
3. Lembah Kahung (Kabupaten Banjar)
4. Waduk Danau Riam
Kanan (Kabupaten Banjar)
5. Pulau Pinus Riam Kanan (Kabupaten
Banjar)
6. Taman Hutan Pinus
(Kabupaten Banjar)
7. Goa Batu Hapu Binuang (Tapin)
8. Panorama Gunung Kentawan Loksado (HSS)
9. Sumber air panas
+ Cottage Tanuhi Loksado (HSS)
10. Air terjun Haratai Loksado (HSS)
11. Air Terjun Riam Anai Loksado (HSS)
12. Air Terjun Kilat
Api Loksado (HSS)
13. Wisata Alam Pagat (HST)
14. Lok Laga Ria Haruyan (HST)
15. Bukit wisata Nateh Batang Alai (HST)
16. Goa Liang Hadangan Batang Alai (HST)
17. Gunung Batu Benawa (HST)
18. Air Terjun Mabanin Desa Marindi Haruai (Tabalong)
19. Kinarum Indah Sungai Jaing (Tabalong)
20. Air Terjun Bajuin
(Tanah Laut)
21. Gunung Khayangan (Tanah Laut)
22. Pulau Sewangi (Tanah Bumbu)
23. Goa Sugung (Tanah Bumbu)
24. Air Terjun Seratak (Kotabaru)


Wisata Pantai
1. Pantai Batakan
(Tanah Laut)
2. Pantai Takisung
(Tanah Laut)
3. Pantai Batu Lima
(Tanah Laut)
4. Pantai Swarangan
(Tanah Laut)
5. Pantai Pagatan
(Tanah Bumbu)
6. Pantai Rindu
Alam (Tanah Bumbu) 7. Pantai Pulau Salak (Tanah Bumbu)
8. Pantai Sarang Tiung (Kotabaru)
9. pantai Gedambaan (Kotabaru)
10. Batu Jodoh terletak di Pantai Aru
(Kotabaru)



Wisata Tempat Unik
1. Museum Lambung Mangkurat
(Banjarbaru)
2. Pasar Permata
(Kabupaten Banjar)
3. Rumah-rumah penggosokan intan
(Kabupaten Banjar)
4. Balai Adat Suku Dayak Amandit Loksado (HSS)
5. Situs Candi Agung (HSU)
6. Siring Sudirman (Banjarmasin)
7. Pasar Bunga Pal 7 (Banjarmasin)